Sekitar dua minggu yang lalu, saya mendapat kesempatan untuk gabung dalam kegiatan Temu Komunitas Film Indonesia 2016. Kegiatan ini kebetulan diadakan di Baturraden. Wah asyik dong deket lokasi kampus. Hehehe. Jadilah saya ikut bersama lima orang teman saya yang lain, yang tergabung dalam komunitas Godong Gedang Banjarnegara.
Pelancong dari Godong Gedang Banjarnegara bersama Bang Yani (Pengatur tempat tidur peserta yang amat sangat sabar dan pengertian) :) |
Inti
dari kelas ini adalah pemahaman logic
dalam penulisan proposal kegiatan. Tidak hanya kegiatan film yang ditekankan
namun juga dapat diterapkan pada kegiatan lain selain film. Jadi tidak ada
penjelasan khusus mengenai format penulisan, tata cara menulis, bahkan praktek
menulis di dalam kelas.
Pemahaman
logic penulisan proposal disampaikan
oleh Idaman Andarsomoko. Beliau menyampaikan mengenai mengelola management, merancang hasil, input s/d impact, indikator, sampai dengan monitoring dan evaluasi.
Dalam
penulisan proposal seringkali kita fokus pada kegiatan. Jarang orang memikirkan
hasilnya terlebih dahulu. Padahal,--dari kelas ini saya belajar--alangkah
baiknya hasil dapat dipikirkan terlebih dahulu sebelum merancang sebuah
kegiatan. Apasih yang ingin dicapai? Goal
apa yang ingin diraih? Dan lain sebagainya. Setelah hasil atau tujuan akhir
ditentukan, barulah dapat di-breakdown langkah
apa yang dapat ditempuh untuk menuju hasil atau tujuan akhir tersebut dalam
bentuk kegiatan-kegiatan.
Ngomong-ngomong
soal tujuan, pasti yang ada digambaran kita adalah berupa kalimat yang
mengandung kata kerja. Contohnya adalah; Membangun semangat belajar siswa.
Sekilas memang terlihat benar. Namun, kata-kata ‘membangun’ tersebut merupakan
bentuk kegiatan. Bukan hasil/tujuan. Dalam kalimat tersebut tugas kita hanya
membangunkan semangat belajar siswa. Masalah setelah dibangunkan itu semangat
mereka benar-benar muncul atau tidak, itu sudah bukan jadi tanggung jawab si
pembuat kegiatan. Namun jika kalimatnya diubah menjadi; Siswa giat belajar,
akan seperti apa bentuk kegiatannya nanti (bisa dengan motivasi untuk membangun
semangat belajar, bimbingan belajar, atau program pengadaan LKS, dll) bebas
dilaksanakan sesuai kreativitas pengelola kegiatan, dengan asumsi tujuan
akhirnya adalah agar siswa bisa giat belajar. Saya harap ini mudah dipahami.
Sering
kita dapati proposal yang penulisannya banyak mengandung kalimat majemuk.
Kalimatnya panjang-panjang dan kurang mudah dipahami maksudnya. Idaman
mengatakan bahwa sebaiknya hindari atau minimal kurang-kurangi lah kalimat majemuk. Selain agar mudah dipahami,
para penerima proposal juga sebenarnya tidak terlalu butuh tulisan yang
muluk-muluk. Asal ide jelas, konsep jelas, dan logis dari poin awal hingga
akhir, dapat diperkirakan penerima proposal tertarik untuk mendanai.
Bagaimana
soal format penulisan? Tidak ada panduan dan ketentuan khusus untuk sebuah
proposal kegiatan. Pun karena yang disampaikan dalam kelas ini pure hanya pemahaman logis, jadi
pembicara tidak memberikan ‘bekal’ format penulisan proposal yang baik dan benar.
Terkadang beda komunitas, beda instansi, beda kegiatan pun dapat berbeda-beda
dalam urutan format penulisan proposal. Ini bukan merupakan masalah. Sekali
lagi selama ide jelas, konsep jelas, dan logis, proposal akan mudah diterima.
Tidak
dapat dipungkiri bahwa pengajuan proposal pada intinya adalah soal ‘permohonan
bantuan/ dana’. Apakah ada tips tertentu? Semua kembali lagi pada ide dan
konsep dari kegiatan yang akan diajukan. Selain itu, karena format juga tidak
dibakukan, proposal tidak perlu dibuat seperti tugas makalah sekolah yang
sampai berlembar-lembar halaman. Cukupkan pada poin penting input s/d impact
apa yang akan dicapai dan tidak perlu banyak halaman. Jika banyak penerima
proposal tidak membaca bagian pendahuluan proposal dan langsung melirik poin
anggaran, itu tidak masalah. Setidaknya buatlah anggaran yang juga logis. Jika
dana yang dibutuhkan besar sinergiskan jika memang kegiatan dan hasil yang
ingin dicapai juga besar.
Berkumpul bersama orang-orang dari segala warna dan karya di #tkfi2016 ini menjadi pengalaman baik tersendiri bagi saya. Tidak hanya ilmu yang didapat di kelas, tapi juga hasil obrolan santai di depan api unggun pun bisa berbuah informasi sampai ilmu baru khususnya di dunia perfilman. Tidak jarang dari para peserta memanfaatkan waktu luang mereka untuk berkeliling lokasi pertemuan ini untuk bergetrilya mencari teman baru, bahkan pacar baru mungkin. Hahaha.
Tanpa berani berspekulasi, saya kira ajang berkumpul komunitas seperti ini akan lebih sering diadakan. Mengingat akan kebutuhan tiap komunitas itu sendiri untuk berkumpul dan berbagi masing-masing apa yang mereka punya, serta isu-isu perfilman di Indonesia yang mudah di'hangat'kan lewat mereka juga.
Senang sekali bisa menjadi bagian dari kegiatan kemarin, di #tkfi2016. Jika ada kesempatan dan waktu lain lagi seperti ini, mungkin saya akan tanpa kuasa untuk menolak! (ara)
Berkumpul bersama orang-orang dari segala warna dan karya di #tkfi2016 ini menjadi pengalaman baik tersendiri bagi saya. Tidak hanya ilmu yang didapat di kelas, tapi juga hasil obrolan santai di depan api unggun pun bisa berbuah informasi sampai ilmu baru khususnya di dunia perfilman. Tidak jarang dari para peserta memanfaatkan waktu luang mereka untuk berkeliling lokasi pertemuan ini untuk bergetrilya mencari teman baru, bahkan pacar baru mungkin. Hahaha.
Tanpa berani berspekulasi, saya kira ajang berkumpul komunitas seperti ini akan lebih sering diadakan. Mengingat akan kebutuhan tiap komunitas itu sendiri untuk berkumpul dan berbagi masing-masing apa yang mereka punya, serta isu-isu perfilman di Indonesia yang mudah di'hangat'kan lewat mereka juga.
Senang sekali bisa menjadi bagian dari kegiatan kemarin, di #tkfi2016. Jika ada kesempatan dan waktu lain lagi seperti ini, mungkin saya akan tanpa kuasa untuk menolak! (ara)
Komentar
Posting Komentar